Sabtu, 30 Agustus 2008

MENCARI LAILATUL QADAR

Mencari Lailatul Qadar


Nuzulul Quran atau Al Quran turun memang pada malam lailatur qadar. Hal itu banyak dijelaskan baik dalam keterangan hadist maupun tafsir. Untuk tidak disalahfahami perlu dimengerti terlebih dahulu, bagaimana Quran itu turun (nuzul).

Nuzulul Quran atau Quran turun itu mengalami tiga kali. Ini yang jarang kita mengerti. Pertama, Quran diturunkan oleh Allah secara keseluruhan (jumlatan wahidatan) tidak berangsur-angsur (munajjaman) ke lauhil mahfudz. Nuzul yang pertama ini tidak ada yang tahu kapan tahunnya, kapan bulannya, tanggal berapa atau malam berapa, semua tidak ada yang tahu. Hal ini diperkuat dalam satu ayat “bal hua qur’anum majid fi lauhin mahfudz”.

Yang kedua, Quran diturunkan dari lauhil mahfudz secara keseluruhan (jumlatan wahidatan) ke samaiddunya yaitu langit dunia yang bisa dipandang dari bumi dan di sana ada satu tempat yang namanya baitul izzah. Jadi nuzul yang kedua terjadi dari lauhil mahfudz ke baitul izzah. Keterangan ini banyak diriwayatkan Ibn Abbas di beberapa tafsir terutama Ibn Katsir. Nuzul yang kedua ini tanggal dan tahunnya tidak ada yang tahu tetapi bulannya jelas yaitu bulan Ramadhan dan malamnya juga jelas, malam lailatul qadar. Hal ini sesuai dengan satu ayat, “Inna anzalnahu fi lailatil qadr”. Ayat yang lain juga juga mengatakan, “Inna anzalnahu fi lailatin mubarakah”. Sesuai dengan riwayat hadist-hadist atau tafsir-tafsir yang dimaksud “lailatun mubarakah” adalah lailatul qadar. Di sini secara umum disinggung juga oleh ayat lain “syahru ramadhanalladzi unzila fihil qur’an”. Yang diturunkan pada bulan Ramadhan itu bukan hanya Quran tetapi kutubul samawiyyah al-arba’ah taurat, zabur, injil ditambah shuhuf Ibrahim.Ini artinya, lailatul qadar tidak bisa dijujug mengingat ia lebih baik dari seribu bulan. Hal itu sengaja dirahasiakan supaya orang mencari lailatul qadar pada semua lail yang lain selama Ramadhan. Kalau lailatul qadar bisa dijujug, maka semua orang menjadi baik, tidak ada orang yang buruk. Dengan kerahasiaan ini, andai di satu malam ada yang tertinggal maka ada kemungkinan tidak mendapatkan lailatul qadar. Dalam sebuah maqolah para ulama mengatakan, “Innallaha ahfa khamsata assya fi khamsta syya”. Allah merahasiakan lima perkara dalam lima perkara diantaranya lailatul qadar fi layali syahri ramadhan.

Ridlallah, di mana letaknya dirahasiakan pada semua bentuk ketaatan kepada Allah. Di salah satunya mesti ada ridlallah tapi yang mana tidak diketahui. Ini artinya, kalau ingin dapat ridlallah ya mau tidak mau harus melakukan semua bentuk ketaatan, begitu sebaliknya dengan murka Allah (suhtullah).

Yang ketiga, nuzulul quran min baitil izzah lewat Jibril diturunkan kepada Rasul tidak secara jumlah wahidah tetapi berangsur-angsur (munajjaman) dengan pendekatan kebutuhan. Mungkin karena ada kejadian (waqiah), ada soal yang tidak bisa dijawan Nabi, ada pertentangan (muhashamah) dan lain sebagainya. Peristiwa itu yang kemudian disebut dengan asbabunnuzul yang mendorong turunnya Al Quran secara munajjaman dengan ayat yang pertama surat Al Alaq 1-5. Dan peristiwa ketiga ini yang diturunkan pada 17 Ramadhan, ditandai dengan usia Rasulillah menginjak 40 tahun, usia cukup untuk menerima tugas berat.

Tidak ada komentar: