Senin, 03 Desember 2007

BELAJAR DARI LUQMAN AL-HAKIM

BELAJAR DARI LUQMAN AL-HAKIM

Dan Sesungguhnya Telah kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".(12) Dan (Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar(13)". (QS Luqmân [31]: 12-13)

Luqman al-Hakim adalah seorang ahli hikmah. Tentang siapa dan dari mana asal usul tokoh yang sangat melegenda itu, para ulama ahli tafsir memiliki pendapat yang berbeda. Abdullah bin Umar al- Khattab berkata, ''Aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda, 'Dengan Sesungguhnya aku berkata Luqman bukanlah seorang nabi, tetapi seorang hamba yang dilindungi Tuhan, banyak bertafakur dan baik keyakinannya. Ia mencintai Allah dan Allah pun mencintainya. Karena itu ia dianugerahi hikmah oleh-Nya.'' (Mutaftaq 'Alaih).

Ada tiga aspek pendidikan yang dikemukakan Luqman, yakni aspek tauhid, ibadah, dan akhlak.

Aspek pertama dalam pendidikan Luqman adalah aspek tauhid, yaitu menanamkan keyakinan kepada anak-anak tentang kekuasaan Allah. Hal itu tergambar dalam surat Luqman ayat 12 dan 13. Perintah mensyukuri nikmat Allah adalah tingkat tauhid yang paling tinggi. Karena mensyukuri nikmat Allah adalah pengakuan tentang kekuasaan Allah. Ajaran tauhid itu, dipertegas dalam surat Luqman ayat 13.

Aspek kedua dalam pendidikan Luqman adalah aspek ibadah. Aspek ini mengajarkan manusia tunduk dan taat kepada penciptanya (al-Khâliq) dengan mendirikan shalat, serta senantiasa berbuat baik (al-amru bil ma'rûf) dan mencegah kemungkaran (an-nahyu 'anil munkar).

Aspek ketiga dalam pendidikan Luqman adalah aspek menjaga hubungan baik dengan sesama manusia (akhlak interpersonal dan sosial). Hubungan baik sesama ciptaan Allah (makhluk), dipisahkan menjadi dua, yakni hubungan baik kepada kedua orang tua yakni dengan berbuat baik kepada keduanya dan hubungan baik dengan yang lainnya, dengan tidak berlaku sombong atau bersikap saling menghormati. Islam menempatkan kedua orang tua, khususnya ibu di tempat yang sangat mulia.

Dewasa ini, banyak terjadi kasus yang mencerminkan perilaku anak didik yang justeru menggambarkan perilaku yang kurang baik. Berbagai kejahatan dilakukan terhadap teman sendiri, begitu juga sikap tidak hormat terhadap orang tua sudah menjadi tontonan yang biasa. Belum lagi bila melihat pergaulan para remaja dan anak-anak usia sekolah yang semakin sulit dikontrol.

Patut dipertanyakan, mengapa banyak hal negatif yang terjadi pada anak-anak kita. Tentunya kita tidak menginginkan pendidikan hanya menjadi tempat mentransfer ilmu (tarbiyyah) saja. Sebaliknya pendidikan haruslah meliputi tranformasi ilmu pengetahuan, sekaligus mengedepankan pendidikan moral (ta'dîb).
Mari kita belajar dari Luqman al-Hakim. “Menjadi orang bijak di tengah masyarakat yang kurang atau bahkan tidak bijak”.

Tidak ada komentar: