Jumat, 05 September 2008

SUPERTOY, ADA APA NGGAK HUBUNGANNYA DENGAN BE DAN BG?

Republika, 2008-09-06 10:37:00

Supertoy

Petani di Desa Grabag, Purworejo, Jawa Tengah, kalang kabut setelah padi Supertoy HL-2 yang disebut-sebut sebagai varietas unggulan, hasilnya malah puso (gagal panen). Adalah PT Sarana Harapan Indopangan (SHI) dan Gerakan Indonesia Bangkit (GIB) yang membawa bibit itu ke Grabag.Dan, staf khusus presiden, Heru Lelono (HL), yang pernah tersandung kasus blue energy ternyata ikut terlibat dalam perkara ini. Heru tercatat sebagai komisaris utama PT SHI. Karena itu pula, inisial HL di belakang Supertoy diduga sebagai inisial Heru Lelono.Ironis. Sebab, pihak SHI menuduh para petani Grabag tidak tahu cara menangani Supertoy HL-2 sehingga menyebabkan kegagalan panen. Begitu yang dikemukakan Direktur Utama PT SHI, Iswahyudi, di kantor GIB, Jl Wijaya IX, Jakarta Selatan, kemarin.Seperti diketahui, hasil panen perdana benih padi Supertoy di Purworejo pada April 2008 lalu mendapatkan pujian dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Bersama Ibu Negara Ani Yudhoyono, Presiden memimpin langsung panen raya yang menggunakan bibit itu.Heboh kasus ini tak pelak langsung mengarah ke jantung istana. Apalagi, melibatkan staf khusus presiden. Hadirnya Presiden dan Ibu Negara pada acara panen perdana di Desa Grabag, Purworejo, tersebut tentu bukan sebuah kebetulan belaka. Alangkah naifnya kalau tidak ada mobilisasi pada acara panen itu. Bukankah di sana SBY pun begitu memuji keunggulan jenis bibit ini?Namun, belakangan, keberhasilan panen itu ternyata tidak menjadi kenyataan. Petani marah dengan cara membakar padi dan gabahnya. Mereka menganggap benih Supertoy adalah penipuan terhadap petani. Apalagi, mereka berharap hasil panen kali ini bisa digunakan untuk keperluan Lebaran.Kasus Supertoy ini mirip dengan kasus blue energy. Terhadap kedua kasus ini, istana melakukan kesalahan serupa. Pemerintah terlalu memercayai program instan yang ditawarkan pihak swasta yang berlindung di balik sebuah jabatan di istana.Selayaknya, pemerintah jangan terlalu cepat percaya kepada program instan untuk menanggulangi krisis energi dan pangan yang ditawarkan pihak swasta. Bukankah hukum alam menyebutkan, sesuatu yang dilakukan dengan instan, bersiaplah menuai hasil yang kurang memuaskan.Sepantasnya, Presiden SBY lebih berhati-hati menerima ajakan dari stafnya untuk sebuah program yang belum teruji manfaatnya bagi masyarakat. Apalagi, dalam kasus Supertoy ini ditengarai sama sekali tidak melibatkan Badan Pengkajian & Penerapan Teknologi (BPPT) ataupun Departemen Pertanian (Deptan).Idealnya, sebelum diberikan kepada petani, harus sudah ada jaminan terlebih dahulu dari pemerintah dalam hal ini BPPT ataupun Deptan. Sehingga, istana tidak menjadi pusat perhatian kegagalan.Ada pelajaran berharga di sini. Jangan hanya karena untuk proyek politik pencitraan pemerintah, hasilnya malah merugikan rakyat. Dan, kita juga tak ingin negara ini dipermalukan dunia lantaran temuan-temuan yang tidak jelas, tapi sudah telanjur mendapatkan dukungan dari Tuan Presiden.Karena itu, pihak SHI dan istana tidak boleh lepas tangan begitu saja terhadap kegagalan panen di kampung halaman keluarga mertua Presiden. Seharusnya, pemerintah ikut memikul tanggung jawab ini. Jangan kalau berhasil saja, pemerintah senang dengan publikasi.

Tidak ada komentar: