Senin, 24 September 2007

PSIKOTERAPI ISLAM

PSIKOTERAPI ISLAM: “Sulit Diterima secara Ilmiah”

Pemerapan psikoterapi dalam Islam bersifat subjektif. Satu jenis terapi akan berbeda hasilnya jika dilakukan terapis yang berbeda pula. Ini merupakan salah satu riwayat yang paling terkenal dalam sejarah Islam. Sebelum menjadi Muslim, Umar bin Khattab begitu tersohor punya watak yang keras serta amat memusuhi Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya. Ia bahkan pernah berjanji untuk membunuh nabi beserta pengikutnya tersebut.
Hingga sampailah pada suatu malam ketika Umar mendengar bacaan Alquran surat Thaha yang disuarakan oleh adiknya. Begitu indah kalimat-kalimat dalam Alquran itu hingga mampu meresap ke relung hati Umar. Singkat cerita, hati yang semula keras pun menjadi lunak dan di hadapan Rasulullah, Umar lantas menyatakan keislamannya.
Sekelumit kisah ini menunjukkan kemukjizatan Alquran. Seperti diuraikan Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Abdul Mujib, bila dihadapkan pada Alquran, maka seberat apapun penyakit jiwa yang diderita oleh seseorang, akan dapat disembuhkan. ''Mengutip Ibn Qayyim al-Jawziyyah, bacaan Alquran mampu mengobati penyakit jiwa dan badan manusia,'' ujarnya.
Menurut Ibn Qayyim, ujar dia, sumber penyakit jiwa adalah ilmu dan tujuan yang rusak. Kerusakan ilmu mengakibatkan penyakit kesesatan serta kerusakan tujuan berakibat penyakit kemarahan. "Obat mujarab bagi kedua penyakit ini adalah hidayah Alquran." Ditambahkannya, penyakit kronis jiwa manusia adalah riya dan sombong. Penyakit riya dapat disembuhkan dengan iyyaka na'budu (hanya kepada-Mu kami menyembah kutipan QS Al Fatihah) sementara penyakit sombong obatnya ialah iyyaka nasta'in (dan hanya kepada-MU kami memohon pertolongan).
Pada bagian lain, Al-Thabathaba'i menyatakan bahwa syifa' dalam Alquran bermakna 'terapi ruhaniah' yang dapat menyembuhkan penyakit batin. Dengan Alquran manusia dapat mempertahankan keteguhan jiwa dan penyakit batin seperti mengikuti hawa nafsu dan perbuatan jiwa yang rendah. Sedangkan menurut pendapat al-Faydh al-Kasyani mengemukakan bahwa lafal-lafal Alquran dapat menyembuhkan penyakit badan, sementara makna-maknanya bisa menyembuhkan penyakit jiwa.
Menurut Ibn Qayyim lagi, kemukjizatan Alquran bukan hanya perkalimat, namun juga perkata bahkan perhuruf. Hal tersebut sesuai dengan sabda Rasulullah bahwa membaca kitab suci Alquran bukan perkalimat, atau perkata tetapi perhuruf. Inilah pula yang menjadi landasan dalam penerapan psikoterapi bercorak Islami.
Secara umum, psikoterapi di samping digunakan untuk penyembuhan penyakit mental kejiwaan, juga dapat dipakai guna membantu mempertahankan dan mengembangkan integritas jiwa yakni supaya dia tetap tumbuh sehat dan memiliki kemampuan penyesuaian diri lebih efektif terhadap lingkungannya. Jadilah tugas utama seorang psikiater (al-thabib al-ruhani) adalah memberi pemahaman dan wawasan utuh mengenai diri pasien serta memodifikasinya atau bahkan mengubah tingkah laku yang dianggap menyimpang.
Adapun Ibn Qayyim membagi kepada dua kategori psikoterapi ini, yakni tabi'iyyah dan syar'iyyah. Psikoterapi tabi'iyyah merupakan pengobatan secara psikologis terhadap penyakit yang gejalanya dapat diamati dan dirasakan oleh si penderita dalam kondisi tertentu, seperti penyakit kecemasan, kegelisahan, kesedihan serta amarah. Penyakit ini dapat disembuhkan dengan menghilangkan sebab-sebabnya.
Sedang psikoterapi syar'iyyah adalah pengobatan secara psikologis terhadap penyakit yang gejalanya tidak dapat diamati dan tidak dapat dirasakan oleh penderitanya dalam kondisi tertentu, tetapi ia benar-benar penyakit berbahaya karena bisa merusak kalbu seseorang. Seperti penyakit yang ditimbulkan dari kebodohan, syubhat, syahwat, maupun dosa. Pengobatannya yakni dengan al-adwiyyah al-imaniyyah al-nabawiyyah (obat keimanan yang bersifat kenabian) atau dengan penanaman syariah.
Selain itu, Abdul Mujib juga mengingatkan pentingnya membaca doa dalam psikoterapi bercorak Islami. Doa adalah senjata (silah) bagi orang mukmin, bahkan merupakan otak ibadah. Doa juga dapat dijadikan sebagai ruqyah. "Ruqyah adalah permohonan perlindungan orang yang sakit melalui bacaan dzikir yang disyariatkannya," ujar Abdul Mujib.
Ia menambahkan, ruqyah terdiri dari empat unsur; pertama, ruqyah yang berkaitan dengan permohonan perlindungan, baik dari penyakit atau musibah, sehingga terhindar dari sesuatu yang tidak diinginkan. Kedua, ruqyah yang terkait dengan orang yang sakit. Ketiga, ruqyah menggunakan bacaan-bacaan dzikir serta doa seperti membaca membaca Alquran, asmaul husna, maupun doa-doa lainnya. Keempat, bacaan ruqyah berupa bacaan yang disyariatkan atau yang dibenarkan oleh syariat, bukan berupa jampi-jampi atau mantera.
Pada dasarnya, lanjutnya, penerapan psikoterapi dalam Islam bersifat subjektif, sesuatu yang tentu berbeda dengan psikoterapi modern yang lebih objektif dalam metodeloginya. Dalam artian, metode yang digunakan punya landasan pengetahuan, pengalaman, maupun penghayatan dari masing-masing psikoterapis, hingga 'keterlibatan' Allah SWT sebagai Dzat yang menyembuhkan penyakit. Sudah barang tentu, satu jenis terapi bakal berbeda hasilnya apabila diterapkan oleh terapis yang berbeda. Oleh sebab itu, kata Mujib, psikoterapi dalam Islam mungkin akan sulit diterima secara ilmiah.

Tidak ada komentar: