Senin, 24 September 2007

QADHA DAN TAQDIR

Qadha dan Qadar/Taqdir

Kita akan membicarakan masalah qadha dan qadar/taqdir. Jaman Rasul tidak ada wacana ttg taqdir, baru ada ketika jaman Khalifah kedua, Umar bin Khatthab muncul istilah tsb, kemudian makin berkembang ketika jaman khalifah ummayyah setelah khalifah ali. Saat itu, taqdir dipersepsikan salah. Dulu ketika Ali wafat maka digantikan putranya Hasan, yg ternyata umat islam pecah, maka dia mengundurkan diri. Lalu Hasan digantikan oleh adiknya Husein, nah Husein ini dibunuh oleh bani ummayyah. Kemudian berkuasalah khalifah ummayyah mengeser Husein. Demi kepentingan politiknya maka Ummayyah memberikan wacana kepada Umat Islam, bhw terbunuhnya Husein itu sudah merupakan taqdir Allah. Husein tidak dibolehkan memerintah, buktinya adalah dia tewas, yg diperbolehkan oleh Allah adl dirinya, begitu kata pembesar2 dan pengikut2 Ummayyah..
Itulah taqdir, begitu wacana sesat yang dihembuskan dinasti Ummayyah. Jadi bagaimana makna tadir itu sebenarnya ? Kita harus kembali kepada keterangan2 Allah lewat Qurannya.

“Sesungguhnya Allah telah mengadakan ukuran bagi tiap-tiap sesuatu.” QS. 65:3
Menurut firman Allah dlm Al-Quran, segala sesuatu itu sudah ada ukurannya, sudah ada taqdirnya.. Maka taqdir adalah sebuah rumusan yang Allah tetapkan dan berlaku pada tiap2 sesuatu. Taqdir bisa dikatakan merupakan sistem Allah yang Dia terapkan pada apapun di dunia ini. Taqdirnya air laut adalah apabila dia disinari matahari sampai lama maka akan menguap menjadi awan. Taqdirnya api kalo disiram air yang cukup maka akan mati.
Dengan demikian, alam semesta kecuali manusia itu tidak diberi kesempatan utk memilih taqdir2nya. Sedangkan manusia diberi kebebasan utk memilih taqdir yg diinginkannya. Taqdirnya manusia yang rajin dan sabar maka akan berhasil, taqdirnya manusia yang malas maka akan sengsara hidupnya. Silahkan manusia untuk memilihnya, apakah menjadi manusia yang rajin ataukah manusia yang pemalas.

Bumi diberikan taqdirnya utk urusan berevolusi hanya satu utk mengitari matahari, dia tdk boleh mengitari planet atau bintang2 yg lain, bisa kacau nanti. Sedangkan manusia silahkan memilih taqdir utk kehidupannya, hanya Allah menganjurkan kepada manusia utk memilih taqdir yg terbaik buat dirinya, bukan sekedar taqdir yang baik, tapi yg terbaik.
Sering terdengar bhw jodoh, rizki dan mati adalah taqdir Allah, padahal semua yg terjadi di dunia ini adalah taqdir (rumusan2) dari Allah. Seringkali kita baru katakan itu taqdir kalao kita mendpt musibah, padahal apabila kita mendpt kesuksesan dan kebahagiaan itu juga taqdir dari sekian taqdir yg kita pilih.
Rumusan2 Allah itu tertuang dalam Lauhil Mahfudh yang mencakup rumusan Qadha dan Qadar/Taqdir tadi. Jadi Lauhil Mahfudh adalah ibarat sebuah prasasti yang menyimpan ilmu2 Allah yang terpelihara. Perbedaan Qadha dan qadar adalah :

Qadha itu adalah rumusan2 Allah secara global, spt misalkan bahwa tiap makhluk yang bernyawa pasti mati. Qadar/taqdir adalah rumusan2 Allah yang terinci atau rinciannya, spt misalnya ayam akan mati pada saat apa dan dimana. Sedangkan qadar/taqdir pada manusia adalah tergantung dari pilihan manusia itu sendiri.
Jadi kesimpulannya adalah qadha dan qadar adalah sistem Allah yang berlaku di dunia ini pada siapapun dan apapun. Hanya kita sebagai manusia dipersilahkan utk memilih taqdir, mau beriman silahkan, mau kafir juga boleh masing2 ada taqdirnya. Allah menghendaki kita memilih taqdir yg terbaik buat kita. Sedangkan alam raya ini tdk bisa memilih taqdirnya.
Nah, alam semesta ini sengaja Allah hamparkan di muka bumi ini agar kita bisa memilih dan menemukan taqdir yg terbaik utk kita. Pilihan rizki terbaik, jodoh terbaik, karir terbaik, kesejahteraan terbaik, nasib yang terbaik dll harus kita usahakan sendiri.
Mengenai nasib yang menimpa manusia, Allah tidak menentukan tapi manusialah yg menentukan sendiri nasibnya. Ibaratnya Allah sudah kasih tahu kepada manusia apabila dia berbuat A maka dampaknya X, tapi kalo berbuat B maka dampaknya Y. Nah apabila manusiamilih A maka dia akan bernasib X... Jadi bukan Allah yg menentukan nasib manusia tapi manusianyalah yg memilih utk itu.

Tidak ada komentar: