Senin, 01 Oktober 2007

ISLAM SESAT KELOMPOK TOTO SALAM-01

ISLAM SESAT KELOMPOK TOTO SALAM
(Bagian Pertama dari Dua Tulisan)

Di lingkungan komunitas Islam ada sekelompok gerombolan di bawah pimpinan Toto Salam, yang oleh pengikutnya biasa dipanggil Abu Toto atau Abi Toto. Gerombolan ini punya garis perjuangan mentereng, yaitu mendirikan negara Islam di Indonesia.
Ironisnya, perilaku kelompok ini justru bertentangan dengan ajaran Islam. Mereka tidak mewajibkan shalat lima waktu, yang sebenarnya wajib. Mereka pun memiliki kriteria yang melenceng tentang ketentuan menutup aurat. Bahkan, mereka menilai kondisi saat ini sama dengan masa jahiliyah, masa kegelapan, oleh karenanya mereka merasa berhak mengambil harta siapapun (warga negara Indonesia, tak peduli pribumi atau non pribumi, beragama Islam atau non Islam) dengan dalih dan cara apapun.
Gerombolan ini mengklaim memiliki outlet di 27 propinsi. Untuk wilayah Jakarta (mereka menyebutnya wilayah sembilan), dipimpin oleh seseorang bernama Suaifullah, salah seorang kader kepercayaan Toto Salam yang sangat loyal. Meski memiliki outlet di 27 propinsi, Toto Salam sendiri lebih cenderung ngendon di Jakarta (wilayah sembilan).
Sebagai pimpinan puncak di kelompoknya, Toto Salam berhasil menjalin hubungan baik dengan kalangan Polisi dan Tentara. Jadi, kalau pada suatu hari ada salah seorang anak buahnya yang terpaksa berurusan dengan Polisi atau Tentara, Toto Salam tinggal menelepon petinggi kepolisian/tentara koleganya, maka urusan pun tuntas.
Gerombolan Toto Salam ini punya dana yang cukup banyak. Terbukti, mereka mampu membangun kompleks pondok pesantren (boarding school) yang tergolong mewah bernama Pesantren Al-Zaytuna. Pesantren itu berdiri di atas lahan seluas 1.200 hektare, dan mampu menampung sekurang-kurangnya 1.500 santri (baca juga GATRA edisi 13 Februari 1999, halaman 36).
Pesantren yang dilengkapi dengan ruangan ber-AC dan laboratorium ini, berlokasi di Desa Mekar Jaya, Haur Geulis, Indramayu, Jawa Barat. Selain itu, Pondok Pesantren yang pembangunannya menelan biaya miliaran rupiah itu, dilengkapi pula dengan sarana olahraga modern, rumah sakit, asrama santri, asrama pengajar, dan asrama pegawai yang jumlahnya 1.500 orang karyawan/wati, sebagaimana diberitakan SCTV 27 Agustus 1999, dan diresmikan Presiden Habibie.
Cara-cara gerombolan ini mengumpulkan dana, selain ditempuh dengan cara mengambil harta siapapun, dengan dalih dan cara apapun, juga dengan menetapkan sejumlah target kepada setiap jemaatnya.
Seorang Bapak pernah mengadukan perilaku anaknya yang setelah menjadi anggota gerombolan Toto Salam, justru jadi jarang kuliah (di salah satu perguruan tinggi di Bandung). Sang anak menurut penuturan Bapaknya, kini jadi getol berniaga atau melakukan apa saja yang bisa menghasilkan uang, ketimbang kuliah. Itu semua dilakukan sang anak bukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi dalam rangka memenuhi target yang telah diberikan gerombolan Toto Salam. Rupanya setiap bulan ia ditargetkan mengumpulkan dana sebesar Rp 4.000.000,- (empat juta rupiah).
Kasus serupa terjadi juga di sebuah sekolah unggulan (setingkat SMU). Salah seorang siswinya (berusia 16-17 tahun) nampak begitu aktif mengumpulkan dana dari lingkungan siswa-siswi setempat. Cara-cara intimidasi pun ia lakukan, terutama kepada korban yang diangapnya lemah dan lebih junior. Bahkan untuk mencapai taget, ia memaksa beberapa kawannya untuk berbohong kepada orangtuanya masing-masing, agar orangtuanya itu mau mengirimkan sejumlah uang dengan alasan yang dibuat-buat.
Untungnya, pihak sekolah cukup tanggap dan peka, sehingga aktifitasnya yang menyimpang itu pun segera bisa diketahui. Akhirnya, siswi tersebut dikembalikan kepada orangtuanya, di Malang, Jawa Timur. Setelah diselidiki, ternyata siswi tersebut anggota gerombolan Toto Salam, yang oleh kakak iparnya (yang juga seniornya) diberikan target sebesar sekian juta rupiah setiap bulannya.
Karuan saja, ia pontang-panting memenuhi target setiap bulannya, bahkan dengan menempuh cara-cara yang sangat tidak patut sekalipun. Saking sibuknya mengumpulkan dana, maka kegiatan belajarnya pun terganggu, karena waktunya tersita habis untuk mengumpulkan dana 'perjuangan' untuk gerombolan Toto Salam.
Eksistensi dan perilaku menyimpang gerombolan Toto Salam ini sebenarnya sudah pernah dilaporkan kepada lembaga terkait, juga ke aparat yang berwenang. Sayangnya, tidak cukup bukti. Apalagi, gerombolan ini pandai membangun hubungan baik dengan aparat, juga gemar memberikan 'oleh-oleh' kepada siapa saja yang dianggap layak dan berpengaruh. Disamping itu, gerombolan ini juga rajin membantu aparat. Untuk hal-hal tertentu mereka memang partner yang baik bagi aparat.

Tidak ada komentar: