Jumat, 05 Oktober 2007

KEIKA TAKHAYUL DANKHURAFAT MERAMBAH BISNIS

KETIKA TAKHAYUL DAN KHURAFAT MERAMBAH BISNIS

TAKHAYUL didefinisikan sebagai sesuatu yang bersifat khayalan yang tidak sesuai dengan realitas. Sementara khurafat adalah kepercayaan terhadap sesuatu ajaran yang mengacaukan pikiran dan sudah memasuki wilayah dakwah dan muamalah. SEIRING perkembangan zaman, takhayul dan khurafat bukannya menghilang. Namun, kedua hal itu ternyata makin meluas, bahkan sudah merambah dunia bisnis.

Demikianlah salah satu kesimpulan Diskusi Ramadan bertema 'Takhayul dan Khurafat Modern' yang digelar Harian Fajar di Pakarena Room Makassar Golden Hotel, kemarin.

Diskusi yang dipandu Dr HM Arfah Siddiq MA itu, dibuka secara resmi oleh Wakil Direktur Umum PT Media Fajar, H Syamsu Nur. Diskusi kali ini menampilkan tiga pembicara, yakni Dr H Arifuddin Ahmad MAg (Wakil Sekretaris PW Muhammadiyah Sulsel), KH Zain Irwanto (Ketua PWNU Sulsel), serta Ir Fuad Rumi MSi (Dosen Universitas Muslim Indonesia).

Zain Irwanto yang tampil sebagai pembicara pertama, mengungkapkan, banyak kisah berbau takhayul yang ditayangkan di televisi. Ia merujuk pada sejumlah contoh, antara lain;kisah tentang kuburan yang penuh dengan ular karena si mayat semasa hidup mencari uang bekerja sama dengan setan.

Zain menambahkan, kisah-kisah takhayul itu, mendompleng pada tema-tema religi, dalam hal ini Islam. Menariknya, mungkin karena ratingnya yang tinggi, sehingga tayangan tersebut banyak digandrungi para pengiklan.

"Saya hitung-hitung, dalam satu kali jeda, iklan sebuah sinetron berbau religi bisa mencapai tujuh kali," ungkap Zain.

Selain itu, lanjut Zain, dukun-dukun yang dulu tinggal di gunung dan dusun terpencil, kini sudah mulai memasuki hotel-hotel. Malahan, ramalan nasib juga sudah diiklankan melalui SMS (Short Massage Service). "Bukan tidak mungkin, ada proyek kerja sama antara provider dengan pengusaha televisi dan paranormal,'' tandasnya.

Hal senada diungkapkan pembicara kedua, Arifuddin Ahmad. Menurutnya, takhayul dan khurafat dalam perkembangannya, tidak hanya terjadi di kalangan masyarakat awam. Namun, sudah mulai merasuki diri pejabat dan orang-orang terpandang.

Arifuddin membeberkan, banyak rumah pejabat atau orang kaya yang di salah satu kamarnya dipenuhi dengan sesajen. "Lagi pula, sekarang ini rumah seorang pejabat tidak cukup hanya dijaga petugas berseragam, tapi juga makhluk yang tidak berwujud," ungkapnya.

Sementara itu, Ir Fuad Rumi sebagai pembicara terakhir menegaskan, menjamurnya sinetron berbau takhayul dan khurafat, menandakan bahwa keduanya sudah dikemas dengan baik. Namun, Fuad Rumi juga melihat, ada sisi yang bisa berbahaya bagi umat.

"Di televisi kita bisa jumpai kuburan seorang koruptor yang terbakar api. Jika di dunia realitas, ada koruptor yang meninggal dan kuburannya ternyata tidak mengeluarkan api, maka masyarakat akan mengklaim bahwa koruptor itu selamat sampai ke surga," beber Fuad Rumi.

Diskusi ini, memang banyak mengundang perhatian sejumlah kalangan. Tak berlebihan jika Syamsu Nur dalam sambutannya mengungkapkan, diskusi Ramadan merupakan tradisi tahunan Harian Fajar. Diskusi itu, lanjut Syamsu Nur, merupakan diskusi tahun ke-15 sejak Harian Fajar berdiri 25 tahun lalu.

"Kita juga berusaha mencari tema-tema yang aktual untuk dibahas. Dan kami menganggap, tema yang menarik kali ini adalah menyangkut takhayul dan khurafat," tandasnya.

Tidak ada komentar: