Senin, 01 Oktober 2007

NAFS

NAFS

Kata nafs merupakan satu kata yang memiliki banyak makna atau lazim disebut lafadz musytarak dan harus difahami sesuai dengan penggunaannya. Contoh lain dari kata-kata yang juga memiliki banyak makna dalam Al-Quran dan Alhadits seperti al-hidayah, ad-din, ash-shalat, az-zakat, al-maut, al-hayat dan sebagainya.
Menjadi satu catatan penting bagi siapa pun yang ingin memahami lafadz musytarak untuk bisa memahami makna yang sebenarnya dituju hingga tidak mengurangi kualitas penafsirannya, juga tidak menggunakan satu makna saja dalam berbagai kondisi yang berbeda. Lafadz musytarak terkadang digunakan dan mengandung pengertian beberapa makna, namun terkadang pula mengandung pengertian semua makna yang mewakilinya.
Kata nafs dalam Al-Quran memiliki beberapa makna.
Pertama, artinya jiwa atau sesuatu yang memiliki eksistensi dan hakikat. Nafs dalam pengertian ini terdiri atas tubuh dan ruh, sebagaimana tampak dalam Al-Quran surat Al Maaidah ayat 45 yang artinya: ''Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At-Taurat) bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa...'' Atau pada surat As-Sajdah ayat 13 artinya: ''Dan kalau Kami menghendaki, niscaya Kami akan berikan kepada tiap-tiap jiwa petunjuk (bagi)-nya...''.
Kedua, artinya nyawa yang memicu adanya kehidupan. Apabila nyawa hilang maka kematian pun menghampiri. Nafs dalam artian ini tampak dalam surat al-An'aam ayat 93: ''Para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata), 'Keluarkanlah nyawamu. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan...''
Ketiga, berarti diri atau suatu tempat di mana hati nurani bersemayam. Nafs dalam artian ini selalu dinisbatkan kepada Allah dan juga kepada manusia sebagaimana tampak dalam surat Ali Imran ayat 28 yang artinya, ''Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya.'' Atau pada surat al-Maaidah ayat 116: ''...Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib.''
Keempat, berarti suatu sifat pada diri manusia yang memiliki kecenderungan kepada kebaikan dan juga kejahatan, sebagaimana tampak pada surat al-Maaidah ayat 30 yang artinya: ''Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang di antara orang-orang yang merugi.''
Kelima, berarti sifat pada diri manusia yang berupa perasaan dan indera yang ditinggalkannya ketika ia tertidur, sebagaimana tampak pada surat az-Zumar ayat 42: ''Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan...''
Keenam, berarti satu gaya bahasa majemuk yang berarti 'saling'. Bila dikatakan 'Hormatilah dirimu' maka yang dimaksud adalah satu anjuran agar satu dengan yang lainnya saling menghormati. Nafs dalam bentuk seperti ini terdapat pada surat Al-Baqarah ayat 54 yang artinya: ''Maka bertobatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu.'' Atau surat Albaqarah ayat 85 yang artinya: ''Kemudian kamu (Bani Israel) membunuh dirimu (saudaramu sebangsa)...;
Ketujuh, berati satu kata umum yang berlaku untuk laki-laki, wanita dan juga kaum (kabilah), sebagaimana tampak dalam surat ar-Ruum ayat 21 yang artinya: ''Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri (pasangan) dari jenismu sendiri.'' Atau pada surat an-Nahl ayat 72: ''Allah menciptakan bagi kamu istri-istri (pasangan) dari jenis kamu sendiri.''
Kedelapan, berarti seseorang tertentu (Nabi Adam AS), sebagaimana tampak pada surat an-Nisaa ayat 1 yang artinya: ''Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam)...''
Semua makna inilah yang tersirat dalam Al-Quran. Namun apabila kita mengamati dan menganalisisnya lebih jauh, maka sesungguhnya makna tersebut dapat disimpulkan menjadi dua makna utama: Pertama, satu kata umum mencakup semua makna yang ada dalam diri manusia. Kebalikan kata dalam Al-Quran adalah Al-afaq atau semesta. Kedua, satu kata khusus yang berarti jiwa atau ruh. Kebalikan kata ini dalam Al-Quran adalah tanah atau fisik. /disarikan dari buku 'Panduan Lengkap & Praktis Psikologi Islam' terbitan PT Gema Insani Press.

Tidak ada komentar: